Gagasan Goh Chee Kiong dalam menguruskan muallaf Kota Makassar
Goh Chee Kiong adalah salah seorang tokoh Muslim Tionghoa di Makassar. Nenek moyangnya berasal dari Hokkian, China Beliau tertarik kepada Islam berpunca dari rasa bimbang tentang bilangan tuhan yang banyak yang dia pelajari dari berbagai agama. Rasa bimbang tersebut membawanya memeluk agama Islam...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Institut Islam Hadhari Universiti Kebangsaan Malaysia
2014
|
Online Access: | http://journalarticle.ukm.my/8181/ http://journalarticle.ukm.my/8181/ http://journalarticle.ukm.my/8181/1/GAGASAN_GOH_CHEE_KIONG_DALAM_MENGURUSKAN.pdf |
Summary: | Goh Chee Kiong adalah salah seorang tokoh Muslim Tionghoa di Makassar. Nenek
moyangnya berasal dari Hokkian, China Beliau tertarik kepada Islam berpunca dari
rasa bimbang tentang bilangan tuhan yang banyak yang dia pelajari dari berbagai
agama. Rasa bimbang tersebut membawanya memeluk agama Islam. Menurut Goh,
konsep ketuhanan dalam Islam lebih mudah difahami oleh akal fikiran dan diyakini oleh
hati nurani dibandingkan dengan konsep agama lain. Goh Chee Kiong memiliki nama
Islam Sulaiman Gossalam dan hingga saat ini Goh bertugas sebagai pensyarah Fakulti
Sains di Universitas Hasanuddin Makassar. Goh Chee Kiong memiliki minat yang tinggi
dalam mempelajari Islam. Di samping belajar dari gurunya yang bernama Ustaz Jamain,
Goh mendalami Islam secara autodidak. Ketika usia muda, Goh mengikuti perhimpunan
Generasi Muda Tionghoa Islam (GMTI) Indonesia yang digagaskan oleh kawan-kawan
seniornya. GMTI didirikan bagi menghimpun para pemuda Tionghoa Muslim di kota
Makassar. Selain aktif di GMTI, Goh juga menubuhkan Forum Studi Dienul Islam di
sekolah menengah tempat dia belajar. Goh juga mendalami Islam melalui kegiatan
latihan yang dilaksanakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Pada tahun
1984, Goh terpilih sebagai Pengetua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) Makassar. Ketika itu, jumlah warga Muslim Tionghoa di Makassar tidak
kurang dari 300 orang. Goh risau dengan mualaf pada peringkat awal beliau memeluk
Islam. Di samping diabaikan oleh ahli keluarganya, Goh lebih banyak berusaha sendiri
mempelajari Islam karena sukarnya mendapat tempat belajar bagi para mualaf. Kesan
yang paling serius dari kekurangan usaha pembangunan terhadap kaum mualaf adalah,
kembalinya sejumlah kawan Goh yang telah memeluk Islam kepada agamanya yang
terdahulu. Dari pengalaman tersebut, Goh berusaha untuk membantu meningkatkan
perkhidmatan dan pembangunan terhadap mualaf, khususnya dalam kalangan kaum
Tionghoa. Bersama kawan-kawannya, Goh membangunkan Masjid Muhammad Cheng Ho dan pondok pesantren di atas tanah seluas 3000 m2. Pembinaan pondok pesantren
bertujuan memberi kesempatan yang sebesar-besarnya kepada para mualaf, khususnya
dalam kalangan kaum Tionghoa, untuk mempelajari dan mempraktikkan Islam. Selain
itu, di pondok pesantren juga akan diajar bahasa Tionghoa supaya mualaf dari kalangan
Tionghoa lebih mudah bergaul dan dapat menghilangkan rasa malu bahkan rasa takut
untuk berkomunikasi. Untuk membangun rasa persaudaraan dalam kalangan mualaf
seluruh dunia, Goh juga mencadangkan supaya dibangunkan jaringan internasional
yang dapat menghubungkan antar mualaf dari berbagai Negara. |
---|